Aksara Jawa (Sandhangan Mandaswara)
Diceritakan penulisan aksara Jawa "ha na ca ra ka da ta sa wa la pa dha ja ya nya ma ga ba tha nga" berasal dari kisah abdi dari Ajisaka. Untuk ceritanya bisa kalian simak videonya berikut ini:
Pesan yang dapat diambil dari cerita Ajisaka adalah kita sebagai manusia harus selalu berbuat baik, harus memegang teguh amanah yang diberikan kepada kita apapun resikonya, apabila kita menjadi seorang pemimpin tidak boleh sewenang-wenang, dan masih banyak lagi amanat yang dapat kita petik dari cerita Ajisaka ini.
Aksara Jawa juga disebut aksara carakan, legena, dan dentawyanjana. Dentawyanjana sendiri berasal dari kata denta dan wyanjana. Denta artinya gigi atau untu, wyanjana berarti aksara. Aksara carakan memiliki 20 aksara mulai dari "ha na ca ra ka da ta sa wa la pa dha ja ya nya ma ga ba tha nga". Bentuk penulisan aksara Jawa ada berbagai macam yaitu mbata sarimbag, mucuk eri, dan ngetumbar. Mbata sarimbag adalah penulisan aksara Jawa dengan bentuk seperti batu bata kotak-kotak, mucuk eri bentuk seperti eri yang lancip, atau tajam, dan yang terakhir adalah ngetumbar bentuknya seperti ketumbar (bulat-bulat) yang sekarang biasa digunakan orang-orang untuk menulis aksara Jawa.
Penulisan aksara Jawa banyak menggunakan tambahan yang biasa disebut sandhangan, salah satu sandhangan ada yang namanya sandhangan mandaswara, sandhangan mandaswara antara lain ada cakra, keret, dan pengkal. Cakra untuk mengganti pasangan ra, keret untuk mengganti cakra dan pepet, pengkal untuk mengganti pasangan ya.
bisa saya pakai untuk pembelajaran
BalasHapus